Selasa, 22 November 2016

Bimbingan Pra & Pasca Nikah: GBI Gihon Pekanbaru (Part I)





Bimbingan Pernikahan, Penerbit: Divisi Pengajaran GBI Jl Gatot Subroto, Jakarta. SICC Tower Jl Jend Sudirman, Sentul City. Bogor-Indonesia
Setiap umat Kristen yang bakal melangsungkan pernikahan wajib untuk ikut bimbingan pernikahan. Juli 2016 kemarin kami uda ikut seminar bimbingan, awalnya kami ga tau klo seminar bisa dibilang bimbingan BP2N. Jadi dari hasil tanya jawab kami ke pak Pendeta kami baru tau klo uda ikt seminar BP2N langsung bisa diberkati tanpa bimbingan lagi. (lengkapi syarat nya dlu mbok, ga lgng married juga keles) 👅

Jadi apa beda seminar dgn bimbingan? Sama aja. Cuma klo seminar berarti ramai-ramai bareng capeng lain. Klo bimbingan biasanya cuma lo, calon lo dan Pak Pendeta.
Satu bulan sebelum ikut seminar BP2N digereja ada di sodorin buku (foto diatas) yang bagus banget menurut gw. Sebelum ikut seminar gw uda baca hampir habis buku itu #semangatnikah dan ternyata yang dibahas di seminar dgn isi bukunya sama, jadi bertambah-tambahlah berkat ilmu gw. Makasi Tuhan *lopelope

Hari ini mumpung status pengangguran lagi rajin, gw mau bahas tentang apa aja yang dipelajari/isi buku BP2N di Gereja Bethel Indonesia. 
Isi blog kali ini bakal panjang banget yaa.. semangat membaca... 👊 
NB: Sharing ini untuk membantu teman-teman yang belum menikah atau yang telah menikah supaya mengingat kembali bagaimana pernikahan yang dikehendaki Allah, dengan sumber bacaan dari buku BP2N GBI Gatot Subroto.

Modul I. 
Dasar-Dasar Pernikahan Kristen
Seperti satu bangunan yang kokoh dapat berdiri dan bertahan dgn baik tdk dapat dilepaskan dari dasar atau pondasi dari bangunan tersebut. Demikian juga dengan satu keluarga dapat menjadi kokoh dan tetap bertahan walaupun diperhadapkan dengan berbagai "gelombang hidup", jika memiliki dasar-dasar pernikahan yang benar.
Dalam Lukas 6:46-49 Tuhan Yesus mengajarkan tentang dua macam dasar, bagaimana orang membangun rumah.
Dasar yang pertama: "Setiap orang yang datang kepada-Ku dan mendengarkan perkataan-Ku serta melakukannya - Aku akan menyatakan kepadamu dengan siapa ia dapat disamakan, ia sama dengan orang yang mendirikan rumah: orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya diatas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena rumah itu kokoh di bangun."
Dalam pernikahan, badai, gelombang persoalan, perbedaan pendapat, kekecewaan, sakit hati, konflik, bisa saja terjadi. Namun, bagi mereka yang melakukan kebenaran firman Tuhan, ketika badai sebesar apapun datang, hidup mereka tetap kokoh dan tegar.
Dasar yang kedua: "Akan tetapi barang siapa mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah diatas tanah tanpa dasar. Ketika banjir melandanya, rumah itu segera rubuh dan hebatlah kerusakkannya."
Bagi mereka yang pernikahannya tidak didasari dengan kebenaran Firman Tuhan, maka ketika persoalan datang pernikahan akan berujung dengan perceraian.
Ada beberapa dasar pernikahan yang sering dijadikan alasan bagi pasangan untuk menikah:
1. karena sudah tamat sekolah dan sudah bekerja
2. karena desakan orang tua
3. karena tidak tahan kesepian
4. karena umur sudah lanjut
5. karena tuntutan adat istiadat
6. karena tuntutan seks
7. karena mau balas jasa

Namun sebenarnya alasan yang sehat untuk menikah adalah:
1. karena menikah adalah kehendak Allah
2. mengekspresikan kasih Allah kepada pasangan
3. Mengekspresikan kasih pribadi kepada pasangan
4. memenuhi kebutuhan dan hasrat seksual dengan cara Illahi
5. keinginan untuk mulai membangun rumah
6. persahabatan
7. berbagi segalanya dengan pasangan
8. bekerjasama untuk memenuhi kebutuhan satu sama lain
9. memaksimalkan potensi masing-masing
10. meningkatkan pertumbuhan rohani
Mengapa Allah menciptakan keluarga?
1.Untuk melaksanakan mandat Allah dalam mengelola dan menguasai ciptaan-Nya(baca: kejadian 1:28b) 2. Karena tidak baik apabila manusia itu seorang diri. 3. Karena seorang manusia memerlukan seorang penolong yang sepadan dengan dia. 4. Untuk kesatuan suami istri. 5. Sebagai wadah pementukan karakter Illahi
Tujuh Pilar Pernikahan
1. Seorang laki-laki harus menikah dengan seorang perempuan. (monolak dosa homoseks dan lesbian)
2. Seorang laki-laki mempunyai kedudukan dan harkat yang sama dengan perempuan di hadapan Allah. (menolak dosa perbedaan gender)
3. Seorang laki-laki hanya boleh bersatu dengan istrinya. (menolak seluruh dosa perzinahan)
4. Pernikahan itu seumur hidup yang tidak dapat dibatalkan oleh pihak manapun juga. (menolak dosa perceraian dengan dalih apapun juga) NO REASON FOR DIVORCE
5. Harus sama-sama mengasihi Tuhan Yesus. (menolak pernikahan yang berbeda agama/berbeda filosofi hidup, berbeda tujuan hidup)
6. Seorang laki-laki hanya diperbolehkan menikah dengan seorang perempuan demikian sebaliknya. (menolak dosa poligami dan dosa poliandri)
7. Seorang laki-laki hanya boleh bersatu dengan seorang perempuan setelah diberkati. (menolak dosa seks bebas, perkawinan percobaan, kumpul kebo dll)

Tiga Langkah Penting Memasuki Pernikahan
Langkah pertama, MENINGGALKAN (Kejadian 2:24)
Bagi anak sanggup meninggalkan. Kesanggupan ini mencakup: spiritual, financial dan emosional. Waktu seseorang dapat menikah adalah ketika sudah dewasa rohani yang artinya tidak terus menerus bergantung kepada orang tua, demikian juga pekerjaan, telah memiliki penghasilan tetap, sehingga mampu membiayai segala kebutuhan keluarganya yang baru.
Bagi orang tua sanggup melepaskan. Seorang anak dapat meninggalkan orang tua jikalau orang tua juga sedia melepaskannya, bagi orang tua tidak siap melepaskan anaknya adalah sesuatu yang sangat bertentangan dengan Alkitab. (jadi klo orangtua lo blm bisa lepasin lo, biasa yang anak cew satu-satunya kyk gw yang kmren mama belum rela lepasin, jadi lo ga boleh maksa ya.. harus tunggu smpe ortu lo siap dan bener-bener sudah mampu melepasin. karena klo dengan terpaksa kedepannya akan mendatangkan konflik)

Langkah kedua, BERSATU
Tanpa meninggalkan tidak mungkin dapat bersatu. Kesatuan ini menuntut perubahan prioritas pertama dalam hubungan secara horizontal dalam pernikahannya adalah pasangannya, bukan lagi orang tua.

Langkah ketiga, MENJADI SATU DAGING
Menjadi satu daging mencakup aspek persekutuan seksual. Persekutuan seksual tanpa melalui langkah pertama dan kedua merupakan langkah yang sangat menentang kehendak Allah.

Modul II
Komunikasi Dalam Pernikahan
Komunikasi dapat digambarkan seperti darah dalam tubuh manusia. apabila darah berhenti mengalir, maka kematian akan terjadi. demikian juga dalam hidup pernikahan, apabila komunikasi yang baik tidak ada, maka hidup pernikahan sedang menuju kepada kehancuran.

Di bawah ini terdapat 11 saran komunikasi untuk membangun kepercayaan diri bersama pasangan saudara:
  1. Bangun rasa aman untuk berkomunikasi (baca: I Petrus 3:10-12).
  2. Berusaha untuk mengerti bukan untuk dimengerti.
  3. Jangan menganggap saudara sudah tau.
  4. Dengarkan pasangan saudara. (Akibat-akibat kegagalan dalam mendengarkan pesan-pesan dari pasangan kita adalah sbb: (1) Timbulnya salah paham, (2) Konflik, (3) Cerewet, (4) Menghindar, (5) Luka hati, (6) Kehilangan gairah bercinta) 
  5. Mengomel adalah suatu hal yang menjengkelkan dan membuat frustasi. (Ketika ada perbedaan pendapat hendaklah suami istri duduk bersama untuk mendiskusikannya dengan hati yan tenang dan pikiran yang jernih. Apabila satu pribadi terus-terusan mengomel hal itu akan memperburuk keadaan)
  6. Jangan melompat pada kesimpulan, jangan menghakimi
  7. Tidak setuju? ya. Tidak hormat? bukan. (Setiap pribadi mempunyai karakter masing-masing, ketika suami istri berbeda pendapat mereka boleh saja untuk tidak setuju. Tetapi perlu dicatat apabila tidak setuju satu dengan yang lain bukan berarti tidak menghormati pasangannya)
  8. Perhatikan potensi yang ada dalam pasangan anda, bukan kesalahan pada masa lalu
  9. Jangan memaksa pasangan saudara untuk menjadi tiruan saudara, tetapi harus seperti Tuhan Yesus.
  10. Saling mendoakan 
  11. Dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri (Filipi 2:3b)
   Hambatan Komunikasi
  1. Kurang persiapan : tidak menyediakan waktu untuk komunikasi
  2. Perbedaan persepsi
  3. Perbedaan antara keinginan dan harapan
  4. Gangguan mental dan fisik
  5. Berprasangka buruk
  6. Tidak ada kepercayaan
  7. Ada ancaman atau tekanan
  8. Perbedaan status, pengetahuan dan budaya 
  9. Kesalahan informasi 
  10. Topik pembicaraan yang  tidak sesuai 
  11. Mengalihkan pembicaraan
  12. Memutarbalikkan pembicaraan
  13. Menaggapi secara berlebihan
  14. Alat-alat komunikasi
Lima Langkah Meningkatkan Komunikasi Dalam Keluarga ( Ni Made Taganing Kurniati 2010)
1. Mendengarkan
Mendengarkan dengan penuh perhatian adalah sangat penting agar komunikasi berjalan dengan baik. Sebelum penerima pesan menyampaikan sudut pandangnya, atau bahkan ketidak setujuan ia harus mendengarkan penyampai pesan. Seringkali anak enggan bercerita dengan orang tua, karena orang tua terlalu terburu-buru untuk menasehati, mengkritik, serta menyalahkan anak, bahkan sebelum anak berbicara dengan tuntas.
2. Bahasa tubuh yang penuh perhatian
Bahasa tubuh kita akan otomatis menyampaikan suasana hati kita, meskipun kita tidak mengatakannya. Mendengar tidak hanya cukup dengan telinga, namun dengan bahasa tubuh yang menghadap dan condong ke pembicara, tatapan mata ke mata pembicara, serta mengangguk-angguk sebagai tanda mengerti atau setuju.
3. Empati
Empati berarti memahami seperti yang dipahami orang lain dan merasa seperti yang dirasa orang lain. Konfik antara suami, istri, orang tua dan anak seringkali terjadi karen masing-masing tidak memahami dan memahami pihak lain, dan masing-masing merasa tidak dipahami atau tidak dimengerti .
4. Mempertahankan jalur komunikasi
Yang dimaksud dengan jalur komunikasi adalah topik pembicaraan.
Dalam komunikasi kita perlu mempertahankan topik penyampai pesan dan tidak dengan begitu saja mengalihkan topik pembicaraan ke topik lain.
5. Mengekspresikan apresiasi
Kehidupan tidak lepas dari permasalahan dan ketidakpuasaan  sehingga sangat mudah untuk melihat hal-hal yang tidak memuaskan. Apresiasi membuat hubungan menjadi kuat sehingga mampu mengakomodasikan perbedaan dan perselisihan yang muncul.  River (2005) mengungkapkan bahwa untuk membangun hubungan yang lebih memuaskan, masing-masing pihak perlu mengungkapkan lebih banyak apresiasi, hal-hal yang menyenangkan, afirmasi dan ucapan terima kasih.

Baca modul III, IV dan modul V disini ya 👈
Terimakasih ❤

1 komentar: