Modul III
Pekerjaan dan Mengelola Keuangan
I.
Pekerjaan
Empat Area
Bagian Allah dalam Pekerjaan
a.
Allah
memberikan pekerjaan sebelum manusia jatuh dalam dosa
b.
Allah
memberikan keahlian untuk bekerja
c.
Allah
mendatangkan keberhasilan (Kejadian 39:2-3)
d. Allah yang
mempromosikan/mendatangkan kenaikan pangkat (Mazmur 75:7-8; Ulangan 28:1, 13)
Bagian Manusia dalam Pekerjaan
a. Tanggungjawab majikan
- Layanilah pegawai/karyawan anda
(Matius 20:26; Markus 10:45)
- Jadilah seorang komunikator yang
baik (Kejadian 11:6-7; Ayub 31:13-15)
- Bayarlah upah yang adil kepada
pegawai-pegawai anda dengan segera (Ulangan 24:14-15; Maleaki 3:5)
- Doakan pegawai/karyawan anda
(Kejadian 30:27; 39:4-5)
b. Tanggungjawab pegawai/karyawan
- Berlaku jujur (Daniel 6:5)
- Tetap setia (Daniel 6:5)
- Tetaplah berdoa (Daniel 6:11; I
Tesalonika 5:17)
- Menghormati majikan (Daniel 6:22)
dan rekan-rekan sekerjanya (Amsal 30:10)
- Menyaksikan imannya (II Raja-raja
5:3; Daniel 6:20, 26)
II. Mengelola Keuangan
A. Tiga masalah keuangan yang biasa
dihadapi oleh pasangan
1. Apabila suami/istri memiliki ambisi
“menimbun” kekayaan (Ibrani 13:5; I Timotius 6:10)
Ambisi ini dapat merampas waktu dan
tenaga yang seharusnya kita berikan kepada keluarga kita. Bila kekayaan menjadi
tujuan dari suatu pernikahan, maka keluarga tersebut sangat rapuh. Karena
kekayaan tidak pernah ada batasnya karena berapapun fasilitas yang ada pada
manusia tanpa disertai ucapan syukur dan rasa cukup, selalu tidak pernah cukup,
tetapi terus merasa kurang.
2. Apabila suami/istri mulai tidak
bersepakat dalam pengelolaan dan penggunaan dana (Amos 3:3)
Karena adanya perbedaan latar
belakang, kebiasaan memakai uang dan gaya hidup dari suami dan istri maka akan
timbul perbedaan sudut pandang, urutan prioritas dan keinginan/minat
masing-masing dalam penggunaan kelebihan dana. Kesepakatan dalam menggunakann
uang adalah sesuatu hal yang perlu didiskusikan oleh tiap pasangan suami istri.
Sering terjadi suami atau istri secara diam-diam, memberikan sejumlah uang
kepada keluarganya. Hal ini dapat menimbulkan konflik dalam pernikahan. Karena
pernikahan menjadi suami istri menjadi satu, termasuk properti yang dimiliki
juga menjadi satu. Apabila ingin memberikan uang kepada keluarga sebaiknya di
diskusikan terlebih dahulu. Karena uang sangat sensitif yang dapat menimbulkan
pertengkaran antar suami istri. Uang adalah salah satu penyebab konflik
diantara tiga penyebab konflik yang paling banyak dalam pernikahan.
3. Apabila suami/istri menghadapi
krisis keuangan (Amsal 21:17, 25; 28:20, 22)
Banyak dari kebiasaan pengeluaran
yang buruk berasal dari pembelian-pembelian tidak penting yang sebaiknya sepele
dan sederhana. Bila anda mengetahui perbedaan antara kebutuhan dan keinginan,
anda berada dalam kendali.
Merencanakan keuangan keluarga
merupakan cara terbaik untuk menghindari masalah keuangan dalam keluarga. Tuhan
Yesus mengajarkan kita untuk tidak menimbun harta dibumi, karena dimana harta
kita berada, disana hati kita pun berada.
B. Uang dalam pandangan Allah
1. Selama kita masih hidup, kehidupan
yang sejati tidak terdiri dari kelimpahan benda-benda materi (Lukas 12:15).
Hidup manusia tidak tergantung pada
kekayaan, tetapi kepada Tuhan. Pastikan uang tidak menguasai anda sebaliknya
andalah yang menguasai uang (Lukas 18:18-23; Matius 19:21-22)
2. Menjadi kaya dihadapan Allah ialah
ketika seseorang tidak dikuasai oleh kekuatiran yang berkaitan dengan materi
(Lukas 12:21).
3. Segala sesuatu yang kita miliki
adalah milik Allah.
4. Mengembalikan apa yang menjadi milik
Allah (Persepuluhan).
5. Jangan pernah memamerkan pemberian
kita kepada orang lain (Matius 6;1-4).
6. Jadilah seperti danau Galilea yang
menerima dan menyalurkan (Matius 18:27; Lukas 19:8-9).
Setiap pasangan yang bersedia
menjadi saluran berkat, justru menjadi pasangan yang akan mengalami berkat
Tuhan yang berkelimpahan.
7. Memprioritaskan kerajaan Allah
daripada kebutuhan diri sendiri akan mendapatkan berkat seratus kali lipat
(Matius 19:29-30)
8. Apa yang anda berikan akan
dilipatgandakan dan dikembalikan kepada anda dengan limpah (Lukas 6:38)
9. Ukuran pemberian tidak begitu
penting, yang lebih penting adalah kemampuan si pemberi (Markus 12:41-44; Lukas
21:1-4)
10. Harta milik dan talenta adalah hal
yang perlu kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah (Matius 25:14-30)
11. Keberadaan kita jauh lebih penting
dari pada apa yang kita miliki (Lukas 16:1-13)
C. Sikap yang Benar Tentang Uang
1. Belajar untuk merasa puas (I
Timotius 6:6-8; Ibrani 13:5)
2. Belajar untuk menghindari rasa iri
hati (Mazmur 37:3-5)
3. Jangan menentukan gaya hidup anda
dengan membandingkannya dengan orang lain.
4. Berdoalah minta tuntunan Allah untuk
mengelola uang anda untuk kemuliaan-Nya
5. Berusaha untuk hidup sederhana
(Ibrani 13:5)
6. Sejumlah uang yang banyak tanpa
kendali Allah akan berakhir dengan sia-sia (Pengkhotbah 12:8; Markus 8:36)
7. Janganlah serupa dengan dunia ini
(Roma 12:2)
Jumlah uang yang banyak merupakan
ukuran kesuksesan bagi dunia ini. Tetapi bagi Allah sangat berbeda. Kesuksesan
yang sejati adalah kesuksesan untuk melakukan kehendak Allah.
Modul IV
Mengubah Konflik Menjadi Berkat
Sumber/Penyebab Terjadinya Konflik
1. Perbedaan karakter/kepentingan
2. Perbedaan
paham/pemahaman/persepsi/interpretasi
3. Perilaku yang kurang menghargai
orang lain
4. Kompetisi nyata ataupun tersembunyi
untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan/diluar jangkauan.
5. Tugas dan tanggung jawab yang tidak
dirumuskan secara jelas
Tahapan Konflik
1. - Perasaan tidak nyaman
Ketika suami
istri memiliki dua kepentingan/paham yang berbeda, tetapi mereka tidak
menemukan solusinya, bahkan cenderung bertentangaan, maka hal inilah yang
membawa kepada perasaan tidak nyaman.
- Kebiasaan-kebiasaan yang berbeda.
Setiap pribadi
pasti memiliki kebiasaan yang tidak sama. Dalam pergaulan semasa pranikah hal
ini tidak terlalu kelihatan. Tetapi sesudah menikah, satu persatu akan muncul. Contohnya:
bagaimana bangun tidur? Merapikan kamar atau tidak? Kebiasaan mandi. Semua perbedaan
ini dapat menimbulkan konflik yang serius dalam keluarga.
2. Kesalahpahaman
Kesalahpahaman sering terjadi karena
tidak ada komunikasi yang baik antar suami istri. Komunikasi yang baik tidak
dapat terjadi secara otomatis, tetapi harus di usahakan oleh suami istri secara
bersama. Kedua belah pihak harus memiliki kesadaran akan hal ini, serta terus
menerus mengusahakan untuk menciptakan komunikasi yang pas sesuai pasangannya.
3. Insiden
Perasaan yang tidak nyaman dan
kesalahpahaman jika berlangsung dalam waktu yang cukup lama dapat menimbulkan
insiden dalam hubungan suami istri.
- Insiden tersebut dapat berupa
pertengkaran, kemarahan, sampai kepada perselingkuhan, bahkan sampai pada
keinginan untuk bercerai.
- Perselingkuhan, sering terjadi
karena adanya dua kebutuhan/kepentingan yang tidak dapat ditemukan dalam
pasangannya. Namun kebutuhan tersebut justru ditemukan dalam diri orang lain.
- Insiden dalam tahap ini akan
berdampak ke banyak area, bukan hanya suami istri, tetapi dapat juga dialami
oleh keluarga besar dan anak-anak.
4. Ketegangan
Setelah adanya insiden, sering
terjadi ketegangan dalam hubungan suami istri. Ketegangan ini dapat
mempengaruhi aspek-aspek kehidupan, seperti: emosi, gampang marah, stress dan
hubungan yang terganggu antara suami istri.
Suasana ketegangan ini dapat
menimbulkan:
-
Sulit
mengadakan mezbah keluarga
-
Kehilangan dalam
sejahtera
-
Kehilangan sukacita
-
Kehilangan gairah
untuk bercinta
-
Kehilangan keintiman
-
Kehilangan empati
terhadap pasangannya
-
Kehilangan kreatifitas
-
Kehilangan berkat-berkat
rohani
-
Kehilangan gairah
hidup
5. Krisis
Krisis adalah puncak dari satu
konflik yang terjadi. Jika krisis ini tidak diatasi, maka hubungan suami istri
dapat hancur. Dalam keadaan krisis bisa berbagai hal mungkin terjadi:
a. Hilangnya keintiman secara emosi
Suami istri sudah tidak dapat
bercengkrama satu dengan yang lain. Percakapan sudah tidak nyambung lagi, walau
pun sebenarnya banyak topik yang harus dibicarakan.
b. Dapat saling melukai
Kerena keintiman emosi telah hilang,
sebaliknya justru kekecewaan yang tersimpan dalam hati. Maka suami istri
cenderung untuk melukai satu dengan lain baik melalui sikap maupun kata-kata.
c. Pisah ranjang
Pisah ranjang tidak selalu tinggal
di rumah yang berbeda, tetapi dapat juga terjadi masih dirumah yang sama,
tetapi suami istri tidur di ranjang yang berbeda.
d. Proses perceraian
Salah satu pihak mulai menghubungi
pengacara untuk mengadakan gugatan cerai di pengadilan.
TUJUH LANGKAH MENGUBAH KONFLIK MENJADI BERKAT
1. Meminta hikmat dari Tuhan (Kolose
2:3; Yakobus 3:17)
2. Memiliki sikap mau belajar
Masing-masing pasangan akan menang
jika dapat belajar dan bertumbuh melalui pengalaman. Terus ingin belajar dan
bertumbuh adalah sikap utama yang dibutuhkan ketika pasangan diperhadapkan pada
suatu konflik.
3. Membangun komunikasi
Membangun komunikasi yang terbuka
dan menyeluruh. Orang dewasa berkomunikasi penuh dengan keberanian tetapi
menggunakan pertimbangan (tenggang rasa), sehingga komunikasinya terbuka,
langsung, tetapi tidak menyakiti perasaan orang lain (pasangan).
4. Meng-introspeksi diri
Memiliki paradigma yang saling
melayani satu sama lain, sehingga apapun yang dilakukan oleh salah seorang
pasangan kepada pasangannya seolah-olah dilakukan untuk Tuhan bukan untuk
manusia. (Kolose 3:23; Amsal 28:13)
5. Memiliki jiwa besar
- Cukup rendah hati untuk menerima dan
mengakui kelebihan orang lain.
- Cukup berjiwa besar untuk menerima
dan mengakui kekurangan dan kelemahan diri.
6. Mempersingkat konflik
Segera mengakui dan saling minta
maaf, memeluk dan pasti akan berlanjut dengan kebahagiaa. (Efesus 4:26)
7. Mengendalikan emosi
Kemaran tidak perlu disimpan seperti
mengkoleksi perangko, karena akan tetap muncul mungkin dalam bentuk lain. Kemarahan
tidak pernah membantu kita menyelesaikan konflik atau membantu kita bertumbuh
dari konflik. (Yakobus 1:20)
Modul Va
Sembilan Bulan Pertama Dalam Hidup
(maaf saya
lngng lompat modul Vb ya)
Modul Vb
Keluarga Berencana Dalam Terang
Alkitab
Manfaat Keluarga Berencana
Keluarga berencana dapat mencegah munculnya
bahaya-bahaya akibat:
1. Kehamilan terlalu dini
2. Kehamilan terlalu tua
3. Kehamilan yang terlalu berdekatan
jaraknya
4. Kehamilan yang jaraknya sangat dekat
memiliki resiko yang tinggi
Metode-Metode Keluarga Berencana:
Pertama: Metode KB Alamiah
1. Metode Kalender
2. Metode Suhu Basal
3. Metode Pengamatan Lendir
4. Metode Keefe
5. Metode Simpto-termal
6. Metode Menyusui Tanpa Haid
Kedua: Metode KB Buatan
1. Alat kontrasepsi mekanis terdiri
dari kondom dan diafragma.
2. Alat kontrasepsi kimiawi, contohnya:
spermisidal.
3. Alat kontrasepsi hormonal, terdiri
dari pil KB, suntikan KB dan susuk KB
4. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
atau IUD (di masyarakat dikenal spiral)
5. Alat kontrasepsi mantap: tubektomi (pada
wanita) dan vasektomi (pada pria)
Metode KB terdiri dari dua kategori,
yaitu:
A. Metode KB yang dapat dipulihkan
Metode KB
yang dapat dipulihkan adalah pil KB, susuk KB, kondom dengan krim/jelly,
diafragma/diafragma vagina, busa/tisue/krim vagina, metode pantang berkala,
metode interptus/metode pencabutan, dan IUD (Intra Uteri Device) atau AKDR
(Alat Kontrasepsi Dalam Rahim).
“IUD adalah sebuah cakram plastik dengan bentuk tidak beraturan atau bentuk T yang halus dan lentur dapat dimasukkan oleh seorang dokter melalui saluran leher rahim kedalam lubang rahim. Karena IUD membiarkan terjadi pembuahan tetapi tempat untuk menempel sel telur yang telah dibuahi oleh sperma dihalangi oleh IUD sehingga terjadi keguguran/aborsi. Oleh sebab itu orang Kristen tidak diperbolehkan memakai kontrasepsi ini, karena IUD merupakan alat yang abortif”.
B. Pengendalian kehamilan secara
permanen, yaitu:
1. Vasektomi yaitu tindakan menutup
kedua saluran mani secara permanen.
2. Tubektomi yaitu tindakan menutup
saluran telur sebelah kanan dan kiri secara permanen.
“Pasangan Kristen disarankan untuk tidak melakukan operasi ini, karena tindakan ini langsung berkaitan dengan organ-organ reproduksi. Alkitab berkata bahwa hanya Allah yang memiliki otoritas untuk membuka dan menutup kandungan, bukan manusia (Kejadian 29:1; 30:22; 1 Samuel 1:6; Yesaya 66:9)
Suami istri perlu mempertimbangkan kesepakatan dalam memilih KB yang mereka
gunakan. Kesepakatan inii tidak hanya dalam pengertian nyaman bagi mereka
berdua secara teknis, namun yang lebih penting mereka harus sepakat dalam
masalah prinsip, yakni metode yang mereka gunakan bukanlah yang bersifat
aborsi, tetapi pencegahan kehamilan.
Note: metode keluarga berencana tidak dibenenarkan
jika pemakaiannya diluar dari hubungan suami dan istri.
TERIMAKASIH INI SANGAT MEMBANTU SEKALI.....
BalasHapus